Tidak terasa program kerjasama SAN – ALDP yang berjalan kurang lebih 8 bulan (November 2007 – Juni 2008), akan berakhir pada bulan ini. Sabtu, 14 Juni bertempat di Pulau Metu Debi, teluk Yotefa, ALDP mengadakan evaluasi program kegiatan SAN bersama dengan Kelompok Berbagi Cerita (KBC) yang selama ini menjadi peserta diskusi.
Dari hasil evaluasi program, banyak masukan yang diutarakan oleh peserta KBC sebagai kelompok sasaran untuk program ini. Hampir semua peserta merasakan manfaat yang besar dari kegiatan ini, sebab dari tidak tahu, menjadi tahu lebih banyak tentang HIV-AIDS. KBC merupakan forum sharing atau tukar informasi mengenai HIV-AIDS, dalam forum ini juga mereka bisa berbagi cerita tentang HIV-AIDS dengan para ODHA yang merasakan langsung virus ini.
Narasumber yang memaparkan materi selama pelaksanaan diskusi pun adalah orang-orang yang paham betul tentang HIV-AIDS, seperti dr. Gunawan Ingkokusumo (ASA Papua), Lukas Lukito (Jaringan ODHA Kota Jayapura), Henny Wahyudi (Cenderawasih Plus), Juliana Hutapea (Ikatan Perempuan Positive) dan Christin Wahyuni (Yayasan Spiritia – Jakarta) sehingga peserta diskusi mendapatkan gambaran yang jelas tentang HIV-AIDS.
Salah satu hambatan yang selama ini dirasakan adalah bahwa tidak semua ODHA bisa membuka diri, sehingga selama ini komunikasi yang dibangun hanya dengan beberapa ODHA saja yang sudah bisa membuka diri. Sehingga pendekatannya menjadi pendekatan orang per orang.
Saran atau masukan yang berkembang pada saat evaluasi adalah bahwa KBC ini baik jika diperluas jaringannya, bukan hanya di Jayapura tetapi juga di luar Jayapura. Masukan lainnya adalah bahwa pelaksanaan diskusi sebaiknya dilakukan 2 kali dalam sebulan dengan orang yang berbeda, sehingga lebih banyak orang yang paham tentang HIV-AIDS. Karena selama ini, stigma dan diskriminasi terhadap penderita HIV-AIDS, lebih banyak dilontarkan oleh mereka yang tidak paham tentang HIV-AIDS. Mengkritisi media-media KIE yang sudah ada, membuat dan merubah sistem KIE yang mendiskriminasi ODHA.
Masalah HIV-AIDS tidak terlepas dari masalah sosial, alkohol dan ekonomi sehingga ketika berbicara masalah HIV-AIDS, kita harus bisa membuka diri untuk berbicara masalah yang lain termasuk KDRT. Metodenya adalah diskusi kelompok, dan di setiap akhir diskusi, perlu dilakukan tes tertulis untuk mengukur pemahaman teman-teman diskusi tentang HIV-AIDS. Tema diskusi pun adalah tema-tema yang bisa menyentuh kelompok-kelompok yang beresiko tinggi, remaja atau anak yang kurang perhatian karena mereka adalah kelompok yang rentan terhadap HIV-AIDS.
Epidemi HIV-AIDS di Papua sudah pada tahap Generalyze Epidemic, perlu intervensi pada semua faktor resiko. Semua sektor dapat berperan dan seharusnya ikut berperan dalam menekan laju penyebaran Virus HIV. Diperlukan komitmen dan peran yang jelas dari masing-masing sektor dengan KPA di setiap level pemerintah, sebagai wadah koordinasi. Keterlibatan masyarakat secara luas dan seluruh masyarakat, adalah syarat mutlak untuk berhasilnya Program Penanggulangan HIV-AIDS di Papua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar